Sabtu, 23 Agustus 2008

BISNIS PULSA ELEKTRONIK DENGAN SISTEM JARINGAN

Mencapai puluhan ribu transaksi per hari.
Penjualan pulsa elektronik dengan sistem jaringan makin diminati. Dengan sistem ini, pembeli yang menjadi anggota tak perlu datang ke dealer untuk membeli pulsa elektronik. "Pembeli bisa mengisi pulsa sendiri melalui ponsel," kata Manager Marketing V-Net Bardio Novianto.

V-Net adalah distributor pulsa elektronik yang pertama kali menjalankan konsep viral marketing ini. Divisi bisnis PT Eratel Media Distrindo itu khusus menjual pulsa elektronik langsung ke pembeli atau end user.

Ide awal konsep ini adalah agar pembeli atau member bisa mengisi pulsa sendiri. Konsep ini berkembang. Member juga bisa menjadi penjual pulsa elektronik-perorangan tanpa perlu membuka gerai atau toko pulsa.

Menurut Bardio, dasar berkembangnya bisnis ini adalah soal tren. "Tren ke depan semua orang bisa mengisi pulsa sendiri via ponsel. Lihat saja sekarang, transaksi bank bisa dilakukan sendiri, pulsa juga begitu," ujarnya. Karena itu, Eratel membentuk divisi yang mengembangkan usaha berbasis jaringan atau keanggotaan, yang disebut viral marketing. Sistemnya, setiap pembeli harus menjadi anggota dengan membayar uang pendaftaran sebesar Rp 129 ribu, sudah termasuk deposit Rp 30 ribu. Anggota bisa menambah sendiri jumlah deposit yang diinginkan.

Bardio mengatakan model jaringan itu sebenarnya modifikasi dari layanan penjualan pulsa.
Tujuannya, tentu, untuk menarik minat pelanggan. "Yang paling menarik bagi pelanggan bukan keuntungan menjual pulsanya, tapi dari income pasif yang didapat," katanya.

Salah satu anggota V-Net adalah Monica, pegawai administrasi perusahaan swasta di Jakarta Selatan. Menurut gadis 26 tahun ini, keuntungan yang diperoleh dari usaha sampingan itu lumayan. Setiap nilai pulsa menghasilkan keuntungan Rp 1.250 sampai Rp 2.500.

Pulsa dengan nilai kecil justru memberi keuntungan lebih banyak. Jika ia menjual pulsa Rp 10 ribu, bisa untung Rp 1.250. Tapi jika menjual pulsa Rp 100 ribu, paling banter cuma dapat untung Rp 2.500.

Keuntungan terbesar bukan dari nilai pulsa. Karena bisnis ini dijalankan dengan sistem multilevel marketing, distributor juga mendorong anggota untuk menggaet anggota lain di bawahnya (down line). Dari downline inilah distributor menawarkan pendapatan pasif cukup menggiurkan.

"Kalau kita dapat downline satu orang, kita dapat bonus Rp 30 ribu sebulan. Bayangin kalau dapat 10 downline, lumayan tuh," ujar warga Cileduk, Tangerang, itu.

PT Eratel, induk semang V-Net, sejak 2000 menjadi distributor pulsa dan mulai berdagang pulsa elektronik pada 2003. Adapun V-Net baru berdiri pada 2005 dan saat ini menjadi satu-satunya distributor pulsa elektronik langsung yang memiliki surat izin penjualan langsung dari Departemen Perdagangan.

Keuntungan yang diperoleh dari bisnis ini tergolong besar. Saat ini V-Net memiliki 500 ribu anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. Jika dalam sehari total transaksi yang dikumpulkan Eratel mencapai 200 ribu, V-Net mengumpulkan belasan hingga puluhan ribu transaksi per hari.

Itu dari transaksi pulsa. Dari penambahan anggota, setiap bulan V-Net menjual hingga 30 ribu unit member kit. Hitung saja, jika satu member kit harganya Rp 129 ribu, berapa keuntungan diperoleh? V-Net juga mentargetkan, tahun depan anggotanya bertambah hingga 1 juta orang.

"Peluang bisnis ini besar.Bandingkan, pelanggan seluler ada 100 juta orang, sementara member masih segitu," kata Bardio. Jadi,biarpun ada puluhan pemain, masih bisa untung. Apalagi untuk memulai bisnis distributor pulsa elektronik, tak butuh modal selangit. Karena itulah, muncul banyak penyedia jasa langganan pulsa elektronik yang menjanjikan hadiah.

Cukup dengan Rp 8 juta, Anda bisa mendapat server kecil-kecilan berikut perangkat komputer. Nilai ini, tentu, belum termasuk sewa tempat, karyawan, deposit ke operator, dan produknya sendiri. Nilai deposit ke operator bisa jutaan, bisa juga miliaran rupiah. "Kalau distributor besar, nilai depositnya juga besar," katanya.
KARTIKA CANDRA DIMAS

MENDULANG REZEKI PULSA

Tiba-tiba saja orang-orang di sekeliling saya seperti jadi wiraniaga pulsa telepon

Tetangga depan rumah mengatakan, "Kalau beli pulsa, di tempat saya, ya." Rekan di kantor beberapa kali sibuk mengirim pulsa kepada teman yang menjual. Seorang keponakan mengirim pesan pendek yang menyatakan, "Saya jualan pulsa, lo, sekarang."

Hal ini seperti jadi gejala susulan setelah telepon seluler menjadi barang yang umum dimiliki orang Indonesia. Harga ponsel yang makin murah membuat perangkat yang sampai 10 tahun lalu hanya dimiliki kelompok kaya negeri ini tersebut sekarang sudah dimiliki orang dari seluruh lapisan masyarakat.

Hal lain yang mendorong meningkatnya kepemilikan ponsel adalah populernya nomor “prabayar”. Sistem prabayar membuat kepemilikan ponsel segampang memiliki radio: orang tidak perlu ribet mendaftar ini dan itu.

Populernya nomor prabayar juga membuat bisnis penjualan pulsa jadi sangat menarik. Semula pulsa hanya dijual dalam bentuk kartu. Pembeli mesti menggosok kartu itu untuk memunculkan nomor yang mesti dikirim ke operator lewat SMS ponsel yang akan diisi.

Pulsa model kartu itu--sekarang lazim disebut pulsa fisik--sekarang tersaingi pulsa elektronik. Pulsa model kedua ini tidak membutuhkan kartu, melainkan hanya deretan angka yang dibeli lewat kartu ATM, misalnya.

Nah, pada model yang terakhir malah tak ada nomor yang diisikan. Caranya lebih praktis lagi. Si penjual--banyak penjual pulsa amatir, termasuk tetangga, teman, dan keponakan saya itu--akan mengirim SMS atau telepon ke agen pulsa.

Si penjual meminta si agen mengirim pulsa sebesar nilai tertentu, misalnya Rp 10 ribu, kepada nomor si pembeli. Satu atau dua menit kemudian, pulsa sudah terisi ke ponsel pembeli.

Dengan jumlah ponsel diperkirakan sekitar 100 juta buah, di Indonesia keuntungan yang didapat cukup lumayan. Tentu saja jumlah untung tergantung modal.

Untuk penjual pulsa amatir, seperti Monica, seorang karyawati yang nyambi menjadi pengecer, tentu untungnya tidak sebesar itu. Monica, misalnya, memiliki omzet pulsa sekitar Rp 1,5 juta sebulan. Jika sebulan melakukan 100 transaksi, untungnya sekitar Rp 200 ribu.

Tapi, jika ingin serius, bisa meniru langkah Eko, pemilik toko pulsa yang baru berusia 26 tahun. Ia mengucurkan modal Rp 38 juta. Untungnya lumayan, sekitar Rp 6 juta sebulan.

Jika menjadi dealer raksasa, seperti PT Eratel dengan produk V-Net (lihat : http://www.klikvnet.com/), keuntungan terbayang bisa lebih dramatis karena setiap hari melayani puluhan ribu transaksi.

Tak mengherankan, penjual pulsa ponsel terus merebak.
NURKHOIRI BADRIAH KARTIKA CANDRA

Jumat, 22 Agustus 2008

ORANG CERDAS ISI PULSA DI V-NET



Tahukah Anda ??Setelah isi ulang pulsa secara elektronik mulai diperkenalkan di Indonesia, pola isi pulsa masyarakat Indonesia langsung berubah ke cara ini karena kepraktisannya, tanpa perlu menggosok voucher fisik seperti sebelumnya.

Namun pola isi pulsa elektronik ini pun akan segera berubah, setelah akhir tahun 2005 Vnet club mulai memperkenalkan cara isi pulsa yang lebih praktis dan lebih menguntungkan kepada masyarakat Indonesia.
Cara yang ditawarkan Vnet adalah isi ulang pulsa dari HP anda sendiri melalui SMS baik isi ke diri sendiri ataupun ke orang lain online 24 jam lintas operator. Dengan cara ini masyarakat akan semakin dimudahkan dan diuntungkan karena isi pulsa tidak perlu lagi keluar biaya, pergi ke konter/ATM, kapanpun dan dimanapun bisa isi dengan cara Vnet.

Selain dari fasilitas dan program hadiah operator kartu sim anda, isi pulsa di Vnet akan dapat hadiah lagi seperti uang tunai, HP Nokia, Motor Honda Baru, dan lain-lain. Berbagai macam fasilitas komunikasi canggih dan program proteksi kesehatan dengan premi ringan (Vnet Sehat) dapat anda nikmati pula jika isi pulsa di Vnet. Satu lagi nilai lebih yang tidak akan dapatkan selain isi pulsa di Vnet, yaitu sebuah peluang bisnis yang sangat luar biasa.


PELUANG BISNIS LUARBIASA
Saat ini total pengguna HP di Indonesia telah mencapai angka 80 juta lebih dan akan terus meningkat secara progresif kedepannya.

Dari jumlah total tersebut ada sekitar 80% atau sebanyak 64 juta lebih pengguna merupakan pelanggan kartu prabayar yang setiap bulan harus mengisi ulang pulsa.

Artinya apa? artinya adalah sebuah peluang bisnis yang sangat luarbiasa.

Vnet club menawarkan sebuah peluang bisnis yang sangat luarbiasa kepada masyarakat Indonesia. Perusahaan yang didukung dengan pengalaman dan infrastruktur kuat ini mengadopsi sistem inovasi marketing modern dengan namaViral Marketing.

Berbekal potensi pasar yang sangat besar seperti uraian di atas dan digabungkan dengan sistem viral marketing memungkinkan setiap anggota Vnet bisa mendapatkan penghasilan tambahan hingga puluhan juta rupiah setiap bulannya secara pasti. Bukan sebagai penjual pulsa melainkan dengan cara member get member.

Salah satu bonusnya adalah Rp 34.000,- per orang yang anda sponsori langsung dan bergabung bersama anda. Dari transaksi pulsa yang dilakukan secara rutin setiap bulan oleh semua anggota di dalam grup anda (hingga 12 level), maka akan memberikan pasif income kepada anda setiap bulannya dan dapat diwariskan.

Kehebatan sistem ini telah terbukti dengan munculnya puluhan orang multijutawan baru diseluruh Indonesia mulai dari seorang loper koran hingga pengusaha yang disebut sebagai para Bintang Vnet. (http://www.klikvnet.com/)

Setelah mencermati penjelasan di atas, maka kesimpulannya adalah jika kita isi pulsa dengan cara biasa dibandingkan isi pulsa cara Vnet adalah: Anda akan dapat pulsa yang sama, Semua fasilitas dan program operator kartu sim anda juga sama, harga yang dibayar relatif sama. Tapi kemudahan, nilai lebih, beragam hadiah, dan sebuah peluang bisnis luarbiasa bisa anda dapatkan hanya dengan isi pulsa di Vnet.

Sebuah langkah tepat dan sikap yang cerdas jika anda menentukan saat ini juga untuk memberikan manfaat dan nilai lebih terhadap rutinitas belanja pulsa anda kedepannya bersama Vnet club. (ddn)

dikutip : http://www.klikvnet.com/Artikel%20Koran.htm

Kamis, 21 Agustus 2008

Pulsa Telepon Seperti Morfin

Suhendra - detikFinance

Kamis, 21/08/2008 12:51 WIB



Jakarta - Tak bawa ponsel, orang serasa mati gaya. Membeli pulsa pun semakin terasa sebagai sebuah kebutuhan primer. Dan pemasaran pulsa pun sudah mengalahkan pemasaran produk makanan.

Kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap pembelian pulsa kini semakin bersaing dengan kebutuhan membeli produk pangan sehari-hari.

Kalangan industri pangan mengkhawatirkan trend tingginya kebutuhan pulsa bisa menggangu kebutuhan konsumsi pangan.

Hal ini dikatakan oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Industri Pangan Indonesia (Aspipin) Boediyanto dalam acara Seminar dan Munas III, mencari strategi efektif menuju ketahanan pangan nasional melalui pengembangan industri pangan nasional, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Kamis (21/8/2008).

"Sekarang ini ada trend produk sekunder menjadi primer yaitu pulsa. Pulsa telepon sekarang sudah seperti morfin, sudah sampai tahap mengkhwatirkan.

Di tingkat desa, saya juga tidak tahu, bagaiama cara mengatasinya.

Pulsa melebihi pemasaran produk makanan, ini telah menggerogoti daya beli masyarakat," jelasnya.

Padahal sekarang ini daya beli masyarakat sejak beberapa tahun terakhir terus turun.

Boediyanto pun mencontohkan 3 sampai 4 tahun lalu setiap satu orang menanggung beban ekonomi hanya dua atau tiga orang yang tidak bekerja.

"Kalau sekarang satu orang bekerja menghidupi bisa 5 orang tidak bekerja," ucapnya.

Dengan terus turunnya daya beli masyarakat itu, maka Boediyanto mengapresiasi langkah pemerintah untuk menanggung PPN 10% terigu dan gandum, serta penghapusan bea masuk untuk terigu.Ia menambahkan, sekarang ini kecenderungan orang Indonesia untuk makan beras sudah semakin turun.

Jika pada tahun 1970-an konsumsi beras mencapai 150 kg per kapita, maka saat ini hanya tinggal 104 kg per tahun per kaputa.

"Saya pikir orang Indonesia masih makan beras, tetapi penetrasi gandum masih tinggi.

Kebijakan apapun terhadap terigu dan gandum maka akan mempengaruhi suplai di negara Indonesia.

Rencananya, Aspipin akan mengajukan revisi kebijakan dibersifikasi pangan kepada pemerintah."Kita akan mengumpulkan ide untuk diversifikasi pangan menjelang 25 tahun mendatang yang diperkirakan jumlah penduduk 400 juta," pungkasnya.(hen/qom) -->



dikuttip dari : http://www.detikfinance.com/read/2008/08/21/125122/992145/4/pulsa-telepon-seperti-morfin