Sabtu, 23 Agustus 2008

MENDULANG REZEKI PULSA

Tiba-tiba saja orang-orang di sekeliling saya seperti jadi wiraniaga pulsa telepon

Tetangga depan rumah mengatakan, "Kalau beli pulsa, di tempat saya, ya." Rekan di kantor beberapa kali sibuk mengirim pulsa kepada teman yang menjual. Seorang keponakan mengirim pesan pendek yang menyatakan, "Saya jualan pulsa, lo, sekarang."

Hal ini seperti jadi gejala susulan setelah telepon seluler menjadi barang yang umum dimiliki orang Indonesia. Harga ponsel yang makin murah membuat perangkat yang sampai 10 tahun lalu hanya dimiliki kelompok kaya negeri ini tersebut sekarang sudah dimiliki orang dari seluruh lapisan masyarakat.

Hal lain yang mendorong meningkatnya kepemilikan ponsel adalah populernya nomor “prabayar”. Sistem prabayar membuat kepemilikan ponsel segampang memiliki radio: orang tidak perlu ribet mendaftar ini dan itu.

Populernya nomor prabayar juga membuat bisnis penjualan pulsa jadi sangat menarik. Semula pulsa hanya dijual dalam bentuk kartu. Pembeli mesti menggosok kartu itu untuk memunculkan nomor yang mesti dikirim ke operator lewat SMS ponsel yang akan diisi.

Pulsa model kartu itu--sekarang lazim disebut pulsa fisik--sekarang tersaingi pulsa elektronik. Pulsa model kedua ini tidak membutuhkan kartu, melainkan hanya deretan angka yang dibeli lewat kartu ATM, misalnya.

Nah, pada model yang terakhir malah tak ada nomor yang diisikan. Caranya lebih praktis lagi. Si penjual--banyak penjual pulsa amatir, termasuk tetangga, teman, dan keponakan saya itu--akan mengirim SMS atau telepon ke agen pulsa.

Si penjual meminta si agen mengirim pulsa sebesar nilai tertentu, misalnya Rp 10 ribu, kepada nomor si pembeli. Satu atau dua menit kemudian, pulsa sudah terisi ke ponsel pembeli.

Dengan jumlah ponsel diperkirakan sekitar 100 juta buah, di Indonesia keuntungan yang didapat cukup lumayan. Tentu saja jumlah untung tergantung modal.

Untuk penjual pulsa amatir, seperti Monica, seorang karyawati yang nyambi menjadi pengecer, tentu untungnya tidak sebesar itu. Monica, misalnya, memiliki omzet pulsa sekitar Rp 1,5 juta sebulan. Jika sebulan melakukan 100 transaksi, untungnya sekitar Rp 200 ribu.

Tapi, jika ingin serius, bisa meniru langkah Eko, pemilik toko pulsa yang baru berusia 26 tahun. Ia mengucurkan modal Rp 38 juta. Untungnya lumayan, sekitar Rp 6 juta sebulan.

Jika menjadi dealer raksasa, seperti PT Eratel dengan produk V-Net (lihat : http://www.klikvnet.com/), keuntungan terbayang bisa lebih dramatis karena setiap hari melayani puluhan ribu transaksi.

Tak mengherankan, penjual pulsa ponsel terus merebak.
NURKHOIRI BADRIAH KARTIKA CANDRA

Tidak ada komentar: